Rabu, 09 Januari 2013

Kado Awal Tahun



Jika mendengar kata ‘kado’ atau ‘hadiah’, pikiran kita akan otomatis membayangkan suatu benda entah itu berbentuk kotak atau persegi, dengan ukuran yang berbeda-beda pula, ada yang besar, ada yang kecil. Terbungkus dengan kertas beraneka warna dan terkadang kertas beraneka warna itu juga diberi variasi model agar terlihat lebih menarik. Ya, itulah hadiah...

Awal tahun ini saya memang menerima beberapa hadiah. Hadiah yang versi benda sebenarnya bukan hadiah awal tahun, melainkan hadiah akhir tahun yang saya dan 2 orang sahabat saya dari BPS yang berbeda Kabupaten, sudah sepakat untuk saling memberi hadiah di akhir tahun. Mereka berdua adalah sahabat saya ketika prajabatan dulu. Ini tujuannya tidak lain untuk mempererat silaturrahim antara kami bertiga karena kami bertiga tidak sekantor dan pastinya jarang bertemu. Dan jika masih ada umur, insya Allah desember tahun ini kami akan tetap saling memberi hadiah.

Sedangkan hadiah berikutnya yang saya terima adalah berupa ujian dari Allah Swt. Mungkin Allah hendak menguji sampai dimana saya mampu berbesar hati dan ikhlas menerima semua yang telah Allah takdirkan untuk saya. Bukankah Allah tidak akan menguji hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya? dan insyaAllah, dengan izin-Nya, saya akan sanggup menghadapi ujian-Nya.
    
Satu hal yang benar-benar saya tanamkan dalam diri: Selalu perbaiki kualitas diri agar menjadi orang yang lebih baik.

Jika ada orang yang tidak suka atau benci pada kita, sadari saja, bahwa sebaik apapun perilaku kita, sehebat apapun prestasi kita, tetap saja ada orang yang tidak suka pada kita. Itu sudah sunnatullah. Jadi santai saja. Tidak usah peduli. Move on, sepanjang yang kita lakukan itu tidak mengganggu orang lain ya biarkan saja. Lama-lama mereka juga akan capek sendiri.

Begitu juga jika kita dizalimi. Sakit hati, pasti. Tapi apa kita harus membalas sakit hati itu dengan balas menyakiti? Itu tidak akan membuat kita jadi lebih baik, malah kita akan sama saja dengan orang yang kita zalimi. Dan tambah dosa pula. Ketika dizalimi, istighfarlah, tenangkan hati. Setelah hati tenang, baru kemudian ‘diperiksa’ lagi… kita salah apa ya? Kok ada orang yang tega menzalimi kita. Jangan-jangan kita memang punya  salah sama orang itu dan tanpa kita sadari telah membuatnya sakit hati. Kalau ternyata dari sekian banyak hal yang setelah kita coba hubungkan dengan ‘penzaliman’ kita, tak satupun kita temukan alasan kenapa kita dizalimi, say Alhamdulillah…. Kebaikan orang yang telah menzalimi kita akan tertransfer ke kita dan akan habis pahalanya. Jadi kita harus bersyukur jika dizalimi karena kita beruntung mendapat transfer pahala… :)

Kita juga harus berhati-hati jangan sampai menzalimi orang lain, meskipun hanya sekedar berprasangka itu sama saja berbuat zalim terhadap orang lain tanpa sepengetahuan orang itu. Kadang-kadang kita hanya ingin bercanda dan tidak bermaksud untuk menyakiti, tetapi ternyata efeknya sungguh membuat orang lain tersakiti. Jadi jangan pernah menjadikan hal-hal yang berpotensi menyakiti orang lain sebagai bahan candaan. 

Setidaknya ada 3 hal yang ingin saya bahas disini mengenai penzaliman. Wah, harusnya membahas soal hadiah, kan sesuai judul. Kok malah membahas soal zalim-menzalimi? Tapi tak apalah, nanti akan saya hubungkan dengan hadiah..hehehe.. (maksa banget yak!)

1.    Ghibah

Dalam QS. Al-Hujurat ayat 12 Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”  

Ghibah (menggunjing) atau bergosip atau memfitnah juga termasuk menzalimi orang lain. Orang yang digunjingkan itu sama sekali tidak tahu kalau dia jadi bahan omongan, apalagi kalau yang diomongkan yang jelek-jelek, itu kan fitnah namanya. Berprasangka saja dilarang apalagi bergosip, apalagi sampai memfitnah.. naudzubillah!

Rasulullah juga menegaskan dalam banyak haditsnya tentang larangan menggibah, salah satunya adalah hadits berikut, "Wahai sekalian orang yang baru beriman di mulut saja, yang keimanan itu belum masuk ke dalam relung hatinya, janganlah kalian menggunjing kaum muslimin atau mencari-cari kejelekannya. Sesungguhnya orang-orang yang mencari-cari kejelekan orang beriman maka Allah akan mencari-cari kejelekannya. Barang siapa yang kejelekannya dicari-cari oleh Allah, maka Allah akan mempermalukan dirinya di rumahnya." [Hadits shahih, riwayat Abu Dawud (IV/270) dan Ahmad (IV/421, 424)]. 

2.    Tidak berlaku adil

Sama juga halnya ketika kita melakukan sesuatu yang dianggap 'tidak sesuai' lalu kemudian tidak dimaklumi kenapa kita melakukan hal itu, sementara orang lain bisa dimaklumi (padahal seharusnya juga dianggap 'tidak sesuai') tentu ini tidak adil dan subyektif. Dan ini termasuk penzaliman.

Rasulullah mengatakan dalam sebuah haditsnya, “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi No. 2528, Ibnu Majah No. 1752, Ibnu Hibban No. 2405 disahihkan oleh Albani).  
    
Ketika ada orang lain yang merasa tidak adil dengan keputusan kita yang mungkin berat sebelah, dan dia merasa terzalimi, maka doanya tidak akan ditolak oleh Allah. Jadi jangan sampai kita menzalimi orang lain karena orang itu bisa saja mendoakan kita yang tidak baik. Mendoakan musibah misalnya. Naudzubillahi min zalik!

3.    Mempersulit urusan orang lain

“Barangsiapa yang mempermudah urusan orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat.” (HR. Ibnu Majah).

Tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang luput dari khilaf dan salah. Jadilah pemaaf karena memaafkan itu lebih mulia. Maafkan kesalahan orang lain jika dia tidak sengaja melakukannya dan coba pahami mengapa dia melakukannya. Selalu ada alasan dibalik setiap tindakan, bukan?!

Coba cermati hadits di atas. Inginkah kita dipersulit oleh Allah setiap urusan yang kita lakukan? Jika kesulitan itu masih di dunia, mungkin masih bisa kita bernapas lega. Tapi jika Allah menyulitkan kita di akhirat kelak, bagaimana? Sanggupkah kita? Saya yakin tak seorang pun yang sanggup!

Terkadang ada orang yang merasa dengan superioritasnya dia bisa sewenang-wenang. Bahkan jika dia yang salah pun, dia tidak mau jujur pada dirinya sendiri. Dia lebih suka mencari-cari kesalahan orang lain tanpa meminta klarifikasi atau penjelasan apapun dari orang lain itu terlebih dahulu. Dia sesuka hatinya menarik kesimpulan tentang si ‘anu’, bahwa si ‘anu’ begini, si ‘anu’ begitu. Dan kesimpulannya… si ‘anu’ salah! Dan si ‘anu’ itu tidak pernah dimintai penjelasan kenapa terjadi hal yang ‘salah’ itu.

Begitulah… sekali lagi tidak ada manusia yang sempurna tanpa cela. Berusahalah memaklumi orang lain, maka orang lain pun akan memaklumi kita. Berusahalah mengerti, berkata-kata yang baik agar tidak menyakiti, dan bertindaklah dengan hati. Sebab Allah lebih tau apa-apa saja yang kita kerjakan. Semua tidak akan luput dari perhitungan Allah… Wallahu a’alamu bisshawaab…

Dan apapun yang saya rasakan saat ini, saya anggap ini adalah hadiah awal tahun dari Allah yang patut saya syukuri, dan insyaAllah bermanfaat untuk perbaikan diri saya diri agar menjadi lebih baik :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar