Rabu, 16 Mei 2012

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) secara garis besar bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat, yang mencakup data mengenai kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, fertilitas dan KB. Juga data tentang perumahan yang mencakup bangunan sensus, sumber air minum, sumber penerangan, bahan bakar untuk memasak, serta keterangan sosial ekonomi lainnya. Pencacahannya dilaksanakan setiap triwulan.  Untuk jelasnya mengenai Susenas ini, bisa dilihat di http://bps.go.id atau http://bangkepkab.bps.go.id 

Pertama-tama sebelum mencacah, dilakukan updating blok sensus terlebih dahulu (range waktu updating serta pemilihan sampel rumah tangga dengan pencacahan adalah 1 minggu). Kemudian setelah itu ditarik sampel secara acak berdasarkan angka random. Jadi, kemungkinan ruta terpilih bervariasi, ada yang tingat sosialnya menengah ke atas, ada juga yang menengah ke bawah. Setelah didapatkan daftar ruta yang menjadi sampel, kemudian dilakukan pencacahan ruta sampel. 

Ada 2 kuesioner yang digunakan yaitu KOR dan Modul Konsumsi. KOR berisi data tentang keterangan anggota ruta, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, fertilitas dan KB, keterangan perumahan dan keterangan social lainnya. Sedangkan Modul Konsumsi berisi tentang pengeluaran rumah tangga seminggu yang lalu terhitung dari saat pencacahan. Konsumsi yang dimaksud adalah konsumsi makanan dan non makanan. Karena begitu banyaknya variable dalam modul konsumsi ini, biasanya pendataan untuk 1 ruta menghabiskan waktu minimal 2 jam. Itupun kalau anggota rutanya sedikit. Kalau anggota rutanya banyak, biasanya pencacahan sampai 4 bahkan 5 jam di ruta tersebut.  Lumayan melelahkan, bukan?! :D
 
Kendala yang umumnya dialami oleh semua KSK adalah sama, yaitu ditolak oleh responden! Hehe… responden biasanya enggan untuk diwawancarai, apalagi sampai menyita waktu mereka hingga berjam-jam. Tapi walaupun mereka menolak, ada saja cara untuk ‘memaksa’ mereka agar mau didata. Misalnya saja dengan meminta bantuan aparat desa agar menjelaskan betapa pentingnya wawancara ini dan memediasi pertemuan KSK dengan responden tersebut. Terkadang masalah bahasa juga menjadi kendala, khususnya di daerah pedesaan yang terpencil. Beruntung di Kab. Bangkep ini ada beberapa orang KSK yang merupakan putra daerah asli Bangkep, sehingga bisa berkomunikasi dengan baik dengan responden.

Nah, output yang dihasilkan dari Susenas ini antara lain data kemiskinan, data IHK/inflasi, dan data PDB/PDRB yang merupakan data strategis BPS. Karena ini merupakan data strategis, maka pelaksanaan pencacahannya di lapangan pun harus maksimal, tidak boleh ada data yang miss, terutama data pokok seperti umur responden/anggota ruta dan pendidikan/ijazah terakhir yang dimiliki. Intinya, semua data yang ada dalam kuesioner harus benar-benar valid karena data tersebut akan digunakan oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan.

Saya baru 2 kali melaksanakan pencacahan Susenas, yang pertama di desa Monsongan, yang kedua di desa Adean. Kedua desa tersebut berada di Kec. Banggai Tengah. Insya Allah tanggal 21 besok mulai lagi updating Susenas di desa Badumpayan Kec. Banggai Tengah.

Alhamdulillah 2 kali pencacahan Susenas kemarin saya tidak mengalami kendala yang berarti. Respondennya welcome semua.

Pernah sekali saya mencacah 1 ruta yang waktu pencacahan respondennya tidak  berada di rumah karena sedang ke Luwuk untuk mengurus gaji pensiunnya. Berulang kali saya datangi masih belum ada juga. Rumahnya kosong karena memang responden tersebut tinggal sendiri. Akhirnya saya balik lagi ke Salakan setelah sebelumnya meminta tolong ke tetangganya untuk menghubungi saya via telpon seluler jika nanti responden tersebut sudah kembali. Beberapa hari saya tunggu akhirnya muncul juga sms dari tetangganya yang mengabarkan kalau responden saya itu sudah berada di rumahnya. Besok paginya saya langsung menuju ke Banggai. Hari itu hujan turun sangat deras mulai pagi sampai siang. Tapi saya tetap harus menyeberang pulau dan bertemu dengan responden tersebut. Dia menyambut baik kedatangan saya dan pencacahan pun berjalan lancar. Sebenarnya saya agak terganggu juga selama mencacah responden tersebut. Pasalnya, wawancara berlangsung di dapur. Tidak masalah sih tempat wawancaranya dimana, di kebun atau di pinggir jalan juga jadi. Tapi dapur responden saya ini lain daripada lain. Penuh dengan kotoran ayam dari lantai, kursi hingga di atas meja yang saya pakai menaruh dokumen!  Bahkan ayam-ayam itu berkeliaran dengan santainya di dapur tersebut. Saya sebenarnya tidak nyaman dengan ‘aroma’ dan pemandangan di ruangan itu, tapi karena respondennya welcome dan menjawab semua pertanyaan dengan baik, yah, saya akhirnya harus bersabar dengan kondisi itu hingga pencacahan selesai. Setelah selesai saya pun keluar dan langsung menghirup udara segar sepuas-puasnya! Hahaha… benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan! Saya langsung menuju dermaga dan kembali menyeberangi pulau meskipun hujan belum berhenti.  

Yah, intinya apapun kendala di lapangan, pendataan harus maksimal. Hujan jangan dijadikan alasan untuk menunda pekerjaan, kan ada rain coat/jas hujan. Kalo matahari sedang  terik, kan bisa pake masker (slayer atau masker perawat juga boleh) atau kalo pede, pake payung skalian..! hehehe… 




Salah satu blok yang menjadi sampel dan ruta yang dicacah

Survey Tenaga Kerja Nasional (Sakernas)

Survey Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) secara umum bertujuan untuk menyediakan data pokok ketenagakerjaan yang berkesinambungan setiap triwulan. Sedangkan secara khusus, untuk memperoleh informasi data jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran dan penduduk yang pernah berhenti/pindah bekerja serta perkembangannya di tingkat kabupaten/kota, propinsi maupun nasional (Buku Pedoman Survey Angkatan Kerja Nasional Triwulanan, Badan Pusat Statistik, 2011).

Pendataan Sakernas hampir sama dengan Susenas, hanya saja Sakernas lebih sedikit variabelnya, dan hanya anggota rumah tangga yang berusia 10 tahun ke atas yang dicacah (usia 10 tahun merupakan usia kerja). Sedangkan usia 10 tahun ke bawah hanya diisikan pada kolom keterangan anggota rumah tangga.  Pendekatan teori ketenagakerjaan yang digunakan dalam Sakernas adalah Konsep Dasar Angkatan Kerja (Standard Labor Force Concept)

Pencacahan Sakernas biasanya singkat saja karena hanya mengumpulkan data mengenai ketenagakerjaan. Tapi walaupun begitu, tetap harus diperhatikan data-data pokok seperti umur, pendidikan dan ijazah tertinggi. Ini tidak boleh salah karena akan berpengaruh pada validasi data.

Variabel-variabel yang ditanyakan dalam kuesioner Sakernas adalah seputar pendidikan dan ijazah tertinggi yang dimiliki, kegiatan seminggu yang lalu terhitung dari saat pencacahan; apakah bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lain selain kegiatan pribadi. Kemudian pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, sedang mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha ataukah tidak, dan data pengalaman kerja.

Sakernas triwulanan dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk lebih detail mengenai Sakernas ini, silahkan kunjungi http://bps.go.id atau http://bangkebkab.go.id
 
Seperti umumnya pendataan di BPS, yang mula-mula dilakukan sebelum pencacahan Sakernas adalah updating rumah tangga, untuk nantinya ditarik sampel secara acak. Setelah rumah tangga sampel terpilih, baru kemudian dilakukan pencacahan untuk rumah tangga sampel tersebut.

Kendala yang umumnya dialami, sepert juga pendataan lainnya di BPS, adalah penolakan responden. Tapi setelah diberi pengertian mengenai pentingnya data ini, responden pun akhirnya mau dicacah. Sebelum dicacah, KSK harus menegaskan bahwa pencacahan ini tidak dipungut biaya dan tidak dimaksudkan untuk memberi bantuan, karena anggapan masyarakat selama ini jika ada pendataan, ujung-ujungnya akan dikasih bantuan. Padahal itu tidak benar sama sekali. BPS tugasnya hanya mengumpulkan data. Adapun data yang dikumpulkan nantinya mau diapakan, itu terserah pemerintah sebagai usernya. Apakah nantinya akan dikeluarkan kebijakan untuk memberi bantuan, itu bukan urusan BPS. Kadang-kadang masyarakat tidak paham. Setiap kali ada pendataan selalu diidentikkan dengan bantuan. Jadi mereka berusaha terlihat semiskin mungkin agar nanti dapat bantuan. Akibatnya data yang dikumpulkan tidak valid. Nah, makanya sebelum wawancara, KSK harus memberi penjelasan mengenai tugas BPS yang sebatas mengumpulkan data dan pentingnya data ini dikumpulkan. Kalau sudah yakin respondennya paham, barulah mulai wawancara.

Alhamdulillah selama beberapa kali mencacah Sakernas, belum ada kendala yang berarti. Pernah sekali saya mencacah Sakernas, ada responden yang kepala rumah tangganya agak kurang ‘beres’. Penduduk setempat sudah memperingati saya mengenai perilaku responden saya tersebut. Waktu itu saya mencacah malam hari karena siang harinya penduduk desa tersebut sedang berada di kebun dari pagi hingga magrib baru pulang. Saya agak takut juga, jadi saya mengajak seorang aparat desa untuk menemani saya. Sampai di rumah responden tersebut, aparat desa itu menjelaskan dengan bahasa daerah setempat mengenai maksud kedatangan saya. Untungnya istri si responden juga ada di rumah dan bisa menjawab semua pertanyaan saya dengan baik. Selama pencacahan berlangsung, si responden saya yang kurang ‘beres’ itu beberapa kali menanyakan sesuatu pada aparat desa dengan menggunakan bahasa daerah. Awalnya saya tidak mengerti apa yang mereka omongkan, nanti setelah diluar, selesai pencacahan, aparat desa tersebut mengatakan kepada saya kalau tadi si responden mau melihat dokumen yang saya pegang, tapi dia melarang karena kalau sampai dipegang sama responden itu, dokumen tersebut bakal dirobek-robek. Sering hal seperti itu terjadi sama siapapun yang datang meminta sumbangan. Waduh, hampir saja dokumenku jadi korban..! hehehe…






Salah satu blok sensus yang menjadi sampel

Sabtu, 05 Mei 2012

Akibat Pemarah

Yoichi Chida, MD, Ph.D dari Departemen Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, University College, London mengemukakan bahwa marah dan sikap permusuhan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner sebesar 19% pada orang sehat. Pada mereka yang sudah punya riwayat penyakit jantung sebelumnya, peningkatan ini mencapai 24%.

Selain dengan penyakit jantung, marah dan sikap permusuhan juga berkaitan dengan kematian, asma, dan paru-paru. Tingkat sikap permusuhan yang tinggi semakin mempercepat terjadinya penurunan alami fungsi paru-paru. Kesimpulan tersebut merupakan hasil analisis terhadap penelitian US Normative Aging Study kepada 670 laki-laki.

oOo

Seorang lelaki telah berkata kepada nabi SAW : "Berwasiatlah kepada ku." Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kamu marah." Maka lelaki itu mengulangi kata-katanya berulang kali. Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kamu marah". (HR. Bukhari)

"Marah itu dari setan, maka apabila salah seorang di antaramu marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah, dan apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah." (HR Asy-Syaikhany).





Source: Inspiring Story Group on Facebook

Jumat, 04 Mei 2012

"I cried for my brother six times"


Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis disekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

”Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.

Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. sudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin.. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
 oOo

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.

Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti aku mesti mengemis di jalanan aku akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!”

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering.

Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Aku akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

oOo

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”

Dia menjawab,tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

oOo

Kali pertama aku membawa teman-teman Kuliahku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah teman-temanku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum,

“Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.

“Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”

Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

oOo

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu,

“Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata,dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”

“Mengapa membicarakan masa lalu?”
Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

oOo

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda.. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.

Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.

Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.” Tepuk tangan membanjiri ruangan itu.

Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
 
 
Source: Inspiring Story Group on Facebook

Bunda, Tolong Mandikan Saya

Semasa kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak awal, sikap dan konsep dirinya sudah jelas : meraih yang terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun bidang profesi yang akan digelutinya. Ketika Universitas mengirim kami untuk mempelajari Hukum Internasional di Utrecht University, di negerinya bunga tulip, beruntung Rani terus melangkah. Sementara saya, lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran dan berpisah dengan seluk beluk hukum dan perundangan.
Beruntung pula, Rani mendapat pendamping yang "setara" dengan dirinya, sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai Staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih PhD. Konon nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar : Alifya. Tentunya filosofi yang mendasari pemilihan nama ini seindah namanya pula.Ketika Alif, panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila saja. Frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain makin meninggi.

Saya pernah bertanya , "Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal ?" Dengan sigap Rani menjawab : " Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
Everything is ok." Dan itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sitter betul-betul mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan pengertian. Kakek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang ibu-bapaknya.

"Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng menjelang tidurnya. Tidak salah memang. Siapa yang tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil dalam bidang akademis dan pekerjaannya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau Alif minta adik. Waktu itu Ia dan suaminya menjelaskan dengan penuh kasih-sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini "dapat memahami" orang tuanya.

Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka merengek. Kalau kedua orang tuanya pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Kisah Rani, Alif selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan menyebutnya malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orang tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam hati kecil saya menginginkan anak seperti Alif.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby-sitternya. "Alif ingin bunda mandikan." Ujarnya. Karuan saja Rani yang dari detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, menjadi gusar. Tak urung suaminya turut membujuk agar Alif mau mandi dengan tante Mien, baby-sitternya. Persitiwa ini berulang sampai hampir sepekan, "Bunda, mandikan Alif?" begitu setiap pagi. Rani dan suaminya berpikir, mungkin karena Alif sedang dalam masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian.Suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. "Bu dokter,
Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency". Setengah terbang, saya pun ngebut ke UGD. But it was too late. Allah SWT sudah punya rencana lain. Alif, si Malaikat kecil keburu dipanggil pemiliknya.Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang meresmikan kantor barunya,shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan anaknya. Dan itu memang ia lakukan, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. "Ini bunda, Lif. Bunda mandikan Alif." Ucapnya lirih, namun teramat pedih.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu berkata, "Ini sudah takdir, iya kan? Aku disebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, dia pergi juga kan?". Saya diam saja mendengarkan. "Ini konsekuensi dari sebuah pilihan." lanjutnya lagi, tetap tegar dan kuat.
Hening sejenak. Angin senja berbaur aroma kamboja. Tiba-tiba Rani tertunduk. "Aku ibunya!" serunya kemudian, " Bangunlah Lif. Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan bunda sekali lagi saja, Lif". Rintihan itu begitu menyayat. Detik berikutnya ia bersimpuh sambil mengais-ngais tanah merah…




Source: Inspiring Story Group on Facebook

Survei Harga Produsen Perdesaan (Sektor Pertanian)


Ada beberapa tujuan diadakannya Survey Harga Produsen Perdesaan atau biasa disingkat survey HD (menurut Buku Pedoman Survei Harga Produsen Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, 2011) yaitu untuk :
  •  Memperoleh data harga produsen (sub sector tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, perikanan, dan kehutanan) secara lengkap dan kontinyu untuk penghitungan indeks harga yang diterima
  • Memperoleh data NTP sub sector tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan
  • Memperoleh proxy indicator kesejahteraan petani perdesaan di sector pertanian melalui pendataan upah buruh tani. 
Survey ini dilakukan secara bulanan sejak BPS berdiri, biasanya dilaksanakan antara tanggal 15 – 18 setiap bulannya. Survey ini terbilang mudah, karena petugas statistik hanya perlu mendatangi responden yang merupakan produsen sub sector pertanian. Dari produsen, diketahuilah harga-harga komoditi maupun alat pendukungnya yang digunakan oleh responden tersebut. Misalnya untuk sub-sektor kehutanan, komoditi yang dihasilkan antara lain kayu jati, bambu, rotan, dan lain sebagainya. Juga ada hasil-hasil hutan lainnya misalnya kayu bakar, arang, dan lain sebagainya. Kemudian juga pengeluaran-pengeluaran lainnya seperti barang modal.

Bulan April 2012 saya mencacah HD-3 (Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat) dan HD-6 (Subsektor Kehutanan). Untuk HD-3 dan HD-6 ini sejak bulan Februari 2012 ditugaskan kepada saya untuk mencacahnya. Sebelumnya dicacah oleh KSK senior. Seperti biasa, hampir semua KSK diberi tugas mencacah HD, biar adil..hehehe… 

Survey ini menarik lho untuk dikaji. Kalau teman-teman ingin tau lebih detail, kunjungi website BPS ya… http://bangkepkab.bps.go.id 

Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK)


Ada 2 tujuan dari survey ini. Yang pertama secara umum VIMK bertujuan untuk mengetahui profil Industri Mikro dan Kecil (IMK) daerah potensi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. Data yang akan dikumpulkan adalah data tentang kegiatan perusahaan/usaha berskala mikro dan kecil yang rinci menurut Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) pada tingkat nasional.

Secara khusus, tujuan VIMK adalah untuk mengetahui pertumbuhan produksi IMK, selain itu juga untuk mendapatkan informasi dasar tentang berbagai informasi mengenai kegiatan ekonomi.

Tidak semua daerah di Indonesia dilaksanakan VIMK, hanya di Kabupaten/Kota yang potensi saja.  

Kategori Industri Kecil dan Industri Mikro menurut BPS agak berbeda dengan yang umumnya diketahui. BPS mengkategorikan industri mikro adalah industri dengan tenaga kerja 1-4 orang, sedangkan industri kecil adalah industri dengan tenaga kerja 5-29 orang. Jadi bukan dilihat dari bangunan fisik atau omsetnya, tetapi dari jumlah tenaga kerjanya.

Seperti biasa sebelum mencacah, dilakukan listing rumah tangga terlebih dahulu. Oiya, ada perbedaan antara listing dan updating. Updating dilakukan jika rumah tangga (ruta) sudah terdaftar pada updating sebelumnya, maka tinggal di update saja untuk mencari tau keberadaan rumah tangga tersebut, apakah masih tinggal di blok sensus yang di update itu ataukah sudah pindah ke blok sensus lain/daerah lain. Atau mungkin sudah meninggal. Jika ada ketambahan penduduk baru, maka cukup dituliskan dibawahnya dan diberi kode yang sesuai. Updating ini biasanya dilakukan pada pencacahan Susenas dan Sakernas yang dilaksanakan pertriwulan. Sedangkan listing, untuk me-list ruta yang ada di dalam blok sensus yang akan dicacah, dengan menggunakan daftar ruta hasil Sensus Penduduk 2010 dan peta SP2010.  Nah, blok sensus sendiri adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang pencacah. Dalam 1 blok sensus biasanya terdiri dari 80-120 rumah tangga.

Mengenai survey VIMK ini, jika teman-teman ingin tau lebih detail, please visit http://bangkepkab.bps.go.id
 
Bulan April 2012 yang lalu dilaksanakan pencacahan VIMK di beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Di Bangkep sendiri pencacahan VIMK dilakukan di 3 wilayah yaitu kelurahan Salakan, kelurahan Lompio dan desa Kendek. Saya mencacah di kelurahan Lompio Kecamatan Banggai.

Ada yang lucu waktu listing VIMK. Kebetulan di blok sensus saya terdapat rumah jabatan Bupati, Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah Kab. Bangkep. Ketika saya listing, rumah jabatan Bupati dan Wakil Bupati kosong, pintu gerbangnya digembok seperti tidak berpenghuni. Saya lalu menuliskan di daftar listing nama Bupati Lania Laosa dan Wakil Bupati Zakaria Kamindang. 

Besoknya, selesai listing, saya kembali ke kantor untuk mengumpulkan hasil listing. Pengawas saya memeriksa hasil listing saya dan menanyakan keberadaan Bupati dan Wakil Bupati, apa memang mereka tinggal di rumah jabatan tersebut. Aturannya, kalau pemilik rumah hanya sekali-sekali saja datang untuk melihat rumahnya, atau tidak tinggal di rumah itu sama sekali, maka rumah itu dikategorikan rumah kosong, karena tidak ditinggali. Kecuali ada orang lain yang menetap disitu, maka orang lain tersebut dianggap sebagai KRT (kepala rumah tangga). Selama ini hanya ada staf Kantor Camat yang biasanya datang untuk membersihkan kedua rujab tersebut. Waduh, ternyata saya salah melisting, seharusnya memang rumah itu kosong karena Bupati dan Wakilnya tidak tinggal di rumah jabatan di Banggai, tetapi di rumah jabatan yang baru di Salakan. Yah, terpaksa nama beliau berdua saya hapus dari daftar listing. Maaf ya pak…! hehehe…

Survei Perusahaan Konstruksi


Survey Perusahaan Konstruksi adalah survey yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas perusahaan konstruksi. Survey ini dilaksanakan setahun sekali. Ada 2 tahap pelaksanaan survey ini, pertama updating Perusahaan Konstruksi, kedua Survey Perusahaan Konstruksi Tahunan.

Updating konstruksi bertujuan untuk mengetahui aktifitas perusahaan selama 3 (tiga) tahun terakhir yang mencakup kualifikasi perusahaan, bidang pekerjaan perusahaan, jenis bangunan usaha, dan banyaknya pekerja tetap perusahaan. 

Survey Perusahaan Konstruksi Tahunan bertujuan untuk memperoleh data perusahaan konstruksi keadaan tahun sebelumnya, tentang struktur dan ciri-ciri sektor konstruksi di Indonesia mengenai data-data jumlah perusahaan konstruksi, banyaknya tenaga kerja dan balas jasa, pemakaian tenaga listrik, pemakaian bahan bakar, pendapatan dan pengeluaran pekerjaan konstruksi, bahan material yang digunakan, pembentukan barang modal, dan lain-lain. Misalnya survey dilaksanakan pada tahun 2012, maka data yang dikumpulkan adalah data tahun 2011. 

Survey Perusahaan Konstruksi Tahunan ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk tahun 2011 jumlah sampel sebanyak 12.000 perusahaan. Wah, banyak juga ya…??

Data statistik yang aktual dan akurat ini nantinya akan digunakan oleh pemerintah untuk memantau pelaksanaan pembangunan dan mengevaluasi perkembangan sektor konstruksi di Indonesia. Selanjutnya mengenai survey ini, please visit http://bangkebkab.bps.go.id
 
Pertengahan Februari 2012 kemarin, saya mencacah updating Konstruksi di Kecamatan Banggai. Ada 5 perusahaan yang saya update. Kendala yang paling sering ditemui ketika updating adalah biasanya perusahaan yang dicari tidak ditemukan, ternyata sudah pindah domisili dan tidak melapor ke GAPENSI. Tentunya ini menyulitkan petugas statistik, apalagi kalau pemiliknya pindah domisili ke Kabupaten/Kota lain, sementara perusahaannya masih tetap berada di Bangkep. Beberapa orang teman saya yang mencacah survey Perusahaan Konstruksi Tahunan bahkan sampai keluar Kabupaten/Kota lain untuk menemukan pemilik perusahaan tersebut. Untungnya, dari 5 perusahaan yang saya update, kesemuanya berhasil saya temukan. Ada juga beberapa yang tidak jelas alamatnya tetapi masih di sekitar Banggai dan masih bisa dilacak keberadaannya. Jadilah saya kesana kemari mencari alamat…kayak Ayu Tingting saja…! :D

Untungnya lagi, untuk survey konstruksi tahun ini, saya hanya kebagian updating saja bersama beberapa teman, sedangkan untuk survey tahunannya diberikan kepada teman-teman yang lain. Biar adil dan proporsional :)

Bagian Penting Tubuhmu


Ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting. Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Tapi, ternyata itu bukan jawabannya.
"Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti."
Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita."
Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."
Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun, Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku."
 
Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.
Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"
Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku.
 
Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup". Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting."
Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."
Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"
Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya."
 
Akhirnya, aku tahu, bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri. Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialamin oleh orang lain.

Orang akan melupakan apa yang kamu katakan. Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan. Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.




Source: Inspiring Story Group on Facebook 

Berapa Malaikat Yang Kau Temui Hari Ini?


Ya berapa malaikat yang sudah kau temui hari ini? Atau hari kemarin?
Di dalam perjalananmu menuju tempat kerja?
Atau dalam perjalananmu kembali ke rumah?
Berapa?
Bahkan itu di rumahmu sendiri. Berapa malaikat yang kau temui?

Tidak ada? Tidak mungkin! Siapa bilang?
Mari kita ingat-ingat lagi...

Mungkin dia yang membuatmu marah-marah karena membuatmu terbangun di tengah malam buta. Membuatmu terjaga dengan tangisan. Dan kau hanya berkata dengan bersungut-sungut, "Anak siapa sih? Resek amat malem-malem nangis. Berisik!"

Padahal mungkin ia membangunkanmu untuk sesuatu hal bermanfaat yang bisa kau lakukan di tengah malam itu. Shalat tahadjud mungkin…

Mungkin dia yang membuatmu sewot, ketika kau bertabrakan badan di jalan sehingga membuatmu terjatuh. Dan kau menjadi sedikit sakit dan malu. Dan kau membentaknya dengan ucapan, "Pake mata dong kalo jalan!" Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berlatih bersabar dan malahan justru jika ia tidak menabrakmu kau akan sedetik lebih cepat dan mungkin ceritanya akan berbeda, tertabrak mobil barangkali...

Mungkin dia yang membuatmu berpikir buruk, sebab setiap hari ia selalu menengadahkan tangan padamu dengan pakaian compang-camping dan baju dekilnya. Sehingga membuat ini terbersit di pikiranmu, "Males amat sih ini orang. Badan masih seger gitu loh?" Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berpikir positif dan lebih bermurah rejeki, setidaknya bermurah senyum.

Ya. Cobalah ingat-ingat lagi. Berapa kali dalam sehari kau membentak, menghardik, membenci, berprasangka, mencibir, memaki orang lain?

Berapa kali?

Sebab mungkin sebanyak itu pulalah kau berlaku tidak sepantasnya pada malaikat.

Senyumlah setiap hari pada siapapun yang kau jumpai.
Berpikirlah positif pada setiap orang yang kau temui.
Perlakukanlah orang lain dengan cara yang sama seperti kau mengharapkan orang lain memperlakukanmu.
Selalulah peka dalam menyikapi hidup ini, maka hidupmu akan lebih berarti... 
 
 
Source: Inspiring Story Group on Facebook

Beginilah Jika Bersaudara


Dua orang bersaudara bekerja bersama menggarap ladang milik keluarga mereka. Yang seorang, si kakak, telah menikah, dan memiliki keluarga yang cukup besar. Si adik masih lajang, dan berencana tidak menikah. Ketika musim panen tiba, mereka selalu membagi hasil sama rata. Selalu begitu.
Pada suatu hari, si adik yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Maka, demi si kakak, setiap malam, dia akan mengambil sekarung padi miliknya, dan dengan diam-diam, meletakkan karung itu di lumbung milik kakaknya. Sekarung itu ia anggap cukuplah untuk mengurangi beban si kakak dan keluarganya.
Sementara itu, si kakak yang telah menikah pun merasa gelisah akan nasib adiknya. Ia berpikir, "Tidak adil jika kami selalu membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan mampu merawatku kelak ketika tua. Sedangkan adikku, tak punya siapa-siapa, tak akan ada yang peduli jika nanti dia tua dan miskin. Ia berhak mendapatkan hasil lebih daripada aku."
Karena itu, setiap malam, secara diam-diam, ia pun mengambil sekarung padi dari lumbungnya, dan memasukkan ke lumbung milik adik satu-satunya itu. Ia berharap, satu karung itu dapatlah mengurangi beban adiknya, kelak.
Begitulah, selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu saling menyimpan rahasia. Sementara padi di lumbung keduanya tak pernah berubah jumlah. Sampai… suatu malam, keduanya bertemu, ketika sedang memindahkan satu karung ke masing-masing lumbung saudaranya. Di saat itulah mereka sadar, dan saling menangis, berpelukan. Mereka tahu, dalam diam, ada cinta yang sangat dalam yang selama ini menjaga persaudaraan mereka. Ada harta, yang justru menjadi perekat cinta, bukan perusak. Demikianlah jika bersaudara.

Hikmah :
“Tidaklah beriman salah seorang dari kalian hingga dia menyukai (menginginkan) bagi saudaranya segala (kebaikan) yang dia sukai bagi dirinya sendiri” [HR Al-Bukhari (13) dan Muslim (45)]
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sampai kalian saling mencintai…” [HR Muslim (54), Abu Dawud (5193), dan at-Tirmidzi (2689)]
“Walaupun engkau membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi niscaya engkau tidak bisa mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah-lah yang telah mempersatukan hati mereka” (Al-Anfal: 63)
 
 
Source: Inspiring Story Group on Facebook