Rabu, 16 Mei 2012

Survey Tenaga Kerja Nasional (Sakernas)

Survey Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) secara umum bertujuan untuk menyediakan data pokok ketenagakerjaan yang berkesinambungan setiap triwulan. Sedangkan secara khusus, untuk memperoleh informasi data jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran dan penduduk yang pernah berhenti/pindah bekerja serta perkembangannya di tingkat kabupaten/kota, propinsi maupun nasional (Buku Pedoman Survey Angkatan Kerja Nasional Triwulanan, Badan Pusat Statistik, 2011).

Pendataan Sakernas hampir sama dengan Susenas, hanya saja Sakernas lebih sedikit variabelnya, dan hanya anggota rumah tangga yang berusia 10 tahun ke atas yang dicacah (usia 10 tahun merupakan usia kerja). Sedangkan usia 10 tahun ke bawah hanya diisikan pada kolom keterangan anggota rumah tangga.  Pendekatan teori ketenagakerjaan yang digunakan dalam Sakernas adalah Konsep Dasar Angkatan Kerja (Standard Labor Force Concept)

Pencacahan Sakernas biasanya singkat saja karena hanya mengumpulkan data mengenai ketenagakerjaan. Tapi walaupun begitu, tetap harus diperhatikan data-data pokok seperti umur, pendidikan dan ijazah tertinggi. Ini tidak boleh salah karena akan berpengaruh pada validasi data.

Variabel-variabel yang ditanyakan dalam kuesioner Sakernas adalah seputar pendidikan dan ijazah tertinggi yang dimiliki, kegiatan seminggu yang lalu terhitung dari saat pencacahan; apakah bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lain selain kegiatan pribadi. Kemudian pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, sedang mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha ataukah tidak, dan data pengalaman kerja.

Sakernas triwulanan dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk lebih detail mengenai Sakernas ini, silahkan kunjungi http://bps.go.id atau http://bangkebkab.go.id
 
Seperti umumnya pendataan di BPS, yang mula-mula dilakukan sebelum pencacahan Sakernas adalah updating rumah tangga, untuk nantinya ditarik sampel secara acak. Setelah rumah tangga sampel terpilih, baru kemudian dilakukan pencacahan untuk rumah tangga sampel tersebut.

Kendala yang umumnya dialami, sepert juga pendataan lainnya di BPS, adalah penolakan responden. Tapi setelah diberi pengertian mengenai pentingnya data ini, responden pun akhirnya mau dicacah. Sebelum dicacah, KSK harus menegaskan bahwa pencacahan ini tidak dipungut biaya dan tidak dimaksudkan untuk memberi bantuan, karena anggapan masyarakat selama ini jika ada pendataan, ujung-ujungnya akan dikasih bantuan. Padahal itu tidak benar sama sekali. BPS tugasnya hanya mengumpulkan data. Adapun data yang dikumpulkan nantinya mau diapakan, itu terserah pemerintah sebagai usernya. Apakah nantinya akan dikeluarkan kebijakan untuk memberi bantuan, itu bukan urusan BPS. Kadang-kadang masyarakat tidak paham. Setiap kali ada pendataan selalu diidentikkan dengan bantuan. Jadi mereka berusaha terlihat semiskin mungkin agar nanti dapat bantuan. Akibatnya data yang dikumpulkan tidak valid. Nah, makanya sebelum wawancara, KSK harus memberi penjelasan mengenai tugas BPS yang sebatas mengumpulkan data dan pentingnya data ini dikumpulkan. Kalau sudah yakin respondennya paham, barulah mulai wawancara.

Alhamdulillah selama beberapa kali mencacah Sakernas, belum ada kendala yang berarti. Pernah sekali saya mencacah Sakernas, ada responden yang kepala rumah tangganya agak kurang ‘beres’. Penduduk setempat sudah memperingati saya mengenai perilaku responden saya tersebut. Waktu itu saya mencacah malam hari karena siang harinya penduduk desa tersebut sedang berada di kebun dari pagi hingga magrib baru pulang. Saya agak takut juga, jadi saya mengajak seorang aparat desa untuk menemani saya. Sampai di rumah responden tersebut, aparat desa itu menjelaskan dengan bahasa daerah setempat mengenai maksud kedatangan saya. Untungnya istri si responden juga ada di rumah dan bisa menjawab semua pertanyaan saya dengan baik. Selama pencacahan berlangsung, si responden saya yang kurang ‘beres’ itu beberapa kali menanyakan sesuatu pada aparat desa dengan menggunakan bahasa daerah. Awalnya saya tidak mengerti apa yang mereka omongkan, nanti setelah diluar, selesai pencacahan, aparat desa tersebut mengatakan kepada saya kalau tadi si responden mau melihat dokumen yang saya pegang, tapi dia melarang karena kalau sampai dipegang sama responden itu, dokumen tersebut bakal dirobek-robek. Sering hal seperti itu terjadi sama siapapun yang datang meminta sumbangan. Waduh, hampir saja dokumenku jadi korban..! hehehe…






Salah satu blok sensus yang menjadi sampel

2 komentar:

  1. terimakasih sebelumnya informasi yang ibu berikan sangat membantu. saya mahasiswa statistik dan saat ini sedang menyusun tugas akhir. insya allah saya ingin melakukan penelitian partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. tetapi saya ingin menggunakan data sekunder. menurut ibu, mana yang lebih tepat sasaran, data sakernas atau susenas? mohon bantuannya terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf sy baru sempat buka blog :)
      kalo untuk mengetahui aktivitas perempuan yang bekerja, sebaiknya dari data sakernas karena pendataan sakernas tujuannya utk memperoleh informasi data jumlah penduduk yg bekerja, pengangguran, dan yg pernah berhenti/pindah kerja. data penduduk yg bekerja meliputi jenis pekerjaan, jam kerja selama seminggu yg lalu, dan pendapatan yg biasa diterima setiap bulannya. dpt diketahui jg pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan yg dilakukan dlm range waktu seminggu yg lalu. status pekerjaanpun dpt diketahui, apakah berusaha sendiri, atau sebagai pekerja keluarga tdk dibayar, dll. dari sini bisa terlihat sejauh mana partisipasi seluruh anggota ruta (trmsk perempuan) dlm kegiatan ekonomi ruta tsb.
      data susenas menggambarkan keadaan sosial ekonomi ruta. indikatornya berupa kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, fertilitas dan KB. juga untuk mengetahui pengeluaran perkapita ruta melalui konsumsi ruta dlm range waktu seminggu yg lalu.
      yg khusus menggambarkan ketenagakerjaan adalah sakernas. jd utk penelitiannya mba lbh tepat menggunakan data sakernas. semoga bermanfaat :)

      Hapus