Kamis, 27 Oktober 2016

Bagaimana Menyikapi Ghibah dan Fitnah?

Edisi tulisan kali ini mungkin agak baper, tersebab sedang terjadi sesuatu yang menggiris hati. Kadang-kadang inspirasi menulis datangnya justru disaat-saat begini..hehe...

Bingung juga tulisan kali ini mau dikasih judul apa.. tapi intinya ini tentang perasaan orang yang dikepo, padahal si pengkepo tidak tau pasti masalah orang tersebut...

Di dunia ini tidak ada orang yang tidak punya masalah. Selagi orang itu masih bernyawa pasti ada saja masalah yang pernah dia hadapi. Entah itu masalah finansial, masalah dengan orangtua, masalah dengan teman-teman, masalah relationship, masalah rumahtangga, dan masalah-masalah lainnya. Selagi masih hidup dan sudah mengerti arti hidup selama itulah masalah akan selalu ada. Tentunya anak bayi belum mengerti arti hidup, ini pengecualian.

Sudah tau manusia itu pasti pernah menghadapi masalah, herannya kok ada saja orang yang kepo dengan masalah orang lain, alih-alih memikirkan masalahnya sendiri.  Parahnya lagi, langsung menjudge seseorang bersalah padahal dia sendiri tidak tau pasti hanya mendengar apa kata orang. Contohnya ketika menonton acara infotainment d tivi. Si selebriti disoroti masalahnya oleh media. Media tersebut mendapatkan informasi hanya dari satu pihak tanpa mengonfirmasi ke pihak lainnya. Atau bisa saja ketika dimintai keterangan mengenai masalah yang sedang dihadapinya si seleb menghindar tidak mau menanggapi. Kemudian media tersebut menyimpulkan sesuka hatinya tanpa dasar yang jelas, agar beritanya laku saja atau agar rating acaranya naik. Maka dibikinlah berita yang seheboh-hebohnya dan kemudian diamini dan dipercaya oleh para pemirsa acara tersebut. Padahal belum tentu seperti itu kenyataannya. Kita kan tidak tau pasti apa sebenarnya yang sedang terjadi. Kita kan tidak tinggal serumah dengan si seleb, tidak bersamanya 24 jam sehari. So, atas dasar apa kita merasa lebih tau masalah yang sedang dia hadapi? Atas dasar apa pula kita men-judge seseorang padahal kita tidak bersamanya setiap waktu? Bahkan kenal pun tidak! Egois dan sangat tidak adil kita bila berlaku seperti itu. Tapi itulah realita...

Kita tidak mungkin bisa mengontrol pikiran orang lain apalagi melarang orang untuk berkomentar. Itu adalah hak asasi. Walaupun komentar-komentar tersebut negatif, berat sebelah, bahkan menyudutkan kita. Sampai-sampai terjadi pembunuhan karakter. Benarlah quote yang mengatakan, “fitnah lebih kejam daripada perbuatan.” Karena sekali seseorang difitnah, akan sangat berdampak pada kehidupan sosialnya. Orang-orang tidak akan percaya lagi pada ucapan maupun perbuatannya, karena sudah termakan fitnah orang lain.

Setiap masalah yang kita hadapi sejatinya adalah ujian dari Allah subhanaahu wa ta’aala. Bila berat terasa, mungkin iman kita sedang stagnan. Perlu di cas lagi. Sebab ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan ujian yang menimpanya. Dan bila ada yang mengkepo, mengghibah, maupun memfitnah kita, itu juga ujian untuk kita, sejauh mana kita bisa bersabar dan tawakkal serta menyerahkan urusan hanya kepada Allah saja. Karena hanya Allah yang tau keadaan diri kita lebih dari diri kita sendiri, apalagi orang lain.

Lalu bagaimana menyikapi ghibah dan fitnah yang mendera kita? Jika ternyata ghibah atau fitnah itu sudah tersebar luas, rasanya mustahil untuk mengonfirmasi ke semua orang mengenai kenyataan yang sebenarnya. Lagipula itu akan menambah masalah baru dan membuka aib. Orang-orang akan tau apa sesungguhnya yang terjadi dan mulai membuat ghibah baru. Jadi solusinya...doakan saja kebaikan untuk orang-orang yang telah menyebarluaskan ghibah dan fitnah tentang kita. Semoga mereka diberi hidayah dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah subhaanahu wa ta’aala. Lalu kita dapat apa? Bukankah nama baik kita sudah tercemar? Tenang saja, kita akan mendapatkan lebih banyak kebaikan, karena kebaikan (pahala) orang-orang itu pindah ke kita, sementara keburukan (dosa-dosa) kita pindah ke mereka. Mungkin di dunia ini mereka menang, tapi di akhirat nanti kita yang menang sedang mereka tidak mendapatkan apa-apa. Fair kan?

Gimana kalo kita yang pernah mengghibah atau memfitnah orang lain? Mungkin pernah dengan sengaja ataupun tidak sengaja kita melakukan itu. Segeralah bertobat, mohon ampun kepada Allah. Jangan sampai kebaikan (pahala) yang sudah kita kumpulkan hilang tak bersisa karena pindah ke orang lain yang pernah kita ghibahi. Di akhirat kelak kita tidak akan mendapat apa-apa. Rugi sekali bukan?

So, mulai dari sekarang sadari saja bahwa hanya Allah yang paling tau tentang diri pribadi hamba-hambaNya. Biarkan itu jadi urusan Allah saja. Masih banyak hal positif yang bisa kita lakukan daripada mencari-cari cela orang lain kemudian kita ghibahi bahkan sampai memfitnah. Semua kita punya masalah masing-masing. Fokus saja selesaikan masalah sendiri. Mungkin dengan begitu kita akan menemukan solusi  untuk masalah kita. Sadari pula bahwa orang lain juga punya hati. Bagaimana kira-kira perasaannya bila difitnah, begitu juga yang akan kita rasakan jika kita yang mengalami. Ingat, transfer kebaikan dan keburukan itu akan sangat merugikan kita di akhirat nanti. So, be aware! :)     





1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus