Sabtu, 28 April 2012

Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau

Bulan Juni 2011 kemarin, BPS mengadakan Pendataan Sapi Perah, Sapi Potong dan Kerbau (PSPK). Pendataan dilakukan di seluruh pelosok wilayah nusantara. Saya mengawasi 8 orang petugas pencacah, yang direkrut dari masing-masing desa. Kebetulan Kec. Banggai Tengah mempunyai 8 desa, jadi dari masing-masing desa direkrut 1 orang petugas pencacah. Petugas pencacah ini rata-rata adalah mitra BPS yang sudah sering dilibatkan dalam pendataan-pendataan BPS sehingga mereka tidak asing lagi dengan pekerjaan lapangan di BPS. 

Sebelum pendataan ini, saya tidak pernah benar-benar memperhatikan seekor sapi. Yang saya tau, dagingnya enak kalau dibuat sambal goreng yang biasa saya makan di pesta-pesta, atau burger sapi yang di KFC...yummy...:D

Ternyata banyak hal lain dari sapi selain dagingnya yang enak tadi. Dan saya baru tau kalau ternyata sapi itu berjenis-jenis. ada sapi Onggole, sapi Madura, sapi Bali, sapi Aceh, sapi Simmental, sapi Brahman, dan jenis sapi lainnya. Sapi-sapi ini ada yang besar seperti sapi PO (Peranakan Onggole), ada juga yang lebih kecil. kebanyakan sapi yang ada di Kab. Banggai Kepulauan adalah sapi potong berjenis sapi PO, sapi Bali dan sapi Aceh. Khusus sapi Aceh ini, masyarakat menyebutnya sapi lokal atau sapi Banggai karena tidak benar-benar mirip dengan sapi Aceh. Tidak ada sapi perah. Ada 1 ekor kerbau terdapat di Kec. Bangkurung. 

Sapi ternyata hampir sama dengan hewan peliharaan. Suka dibelai dan diajak ngobrol. Pernah suatu ketika saya turun langsung ke lapangan bersama dengan pencacah PSPK di desa Monsongan. Kami pergi ke kebun yang disana ada beberapa ekor sapi yang diternakkan oleh pemiliknya. 2 ekor sapi Bali (induk dan anaknya) dan 1 ekor sapi PO. Anak sapi Bali itu berjalan menuju ke arah saya seperti ingin mengusir. Saya takut dan langsung menjauh, tapi anak sapi itu terus saja mengikuti kemanapun saya pergi. Ternyata menurut si empunya, sapi itu ingin dielus kepalanya. Saya pun melakukannya. Dan sapi itupun tenang kembali. Wah, lucu juga ternyata... Ada juga sapi yang tidak suka didekati. Sapi PO di kebun itu mendengus ketika melihat orang asing (saya dan Bapak pencacah). Meskipun sudah ditenangkan dan dielus-elus kepalanya oleh pemiliknya, sapi itu tetap saja mendengus. Rupanya dia merasa tidak nyaman ada manusia lain selain tuannya. Akhirnya, demi kelangsungan pencacahan, saya dan Bapak pencacah harus rela berada di belakang pantat sapi, agar sapinya tidak melihat keberadaan kami dan si empunya sapi sengaja berdiri merapat di badan sapi itu agar mata sapinya terhalang melihat kami. Sapi itupun tidak mendengus lagi....hahaha...

  
Sebelum turun lapangan, pencacah konsultasi dulu sama pengawas agar nanti di lapangan tidak terjadi kesalahan. Walaupun sudah diberi pelatihan, tapi masih ada saja hal-hal yang dirasa kurang jelas dan perlu ditanyakan lagi oleh pencacah. Tidak masalah, konsultasi dimanapun juga bisa, di rumah atau di jalan tidak jadi soal, yang penting pencacahan bisa berjalan dengan baik..hehehe...
Sebelum mencacah, liat peta WA dulu, biar jelas batas-batas desanya...
Ini nih sapi Bali dan sapi PO yang dicacah....:D

Asyiknya minum air kelapa muda di siang hari yang panas, disela-sela pencacahan... hmmm..segar...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar