Jika mendengar kata ‘kado’ atau
‘hadiah’, pikiran kita akan otomatis membayangkan suatu benda entah itu
berbentuk kotak atau persegi, dengan ukuran yang berbeda-beda pula, ada yang
besar, ada yang kecil. Terbungkus dengan kertas beraneka warna dan terkadang
kertas beraneka warna itu juga diberi variasi model agar terlihat lebih
menarik. Ya, itulah hadiah...
Awal tahun ini saya memang menerima
beberapa hadiah. Hadiah yang versi benda sebenarnya bukan hadiah awal tahun,
melainkan hadiah akhir tahun yang saya dan 2 orang sahabat saya dari BPS yang
berbeda Kabupaten, sudah sepakat untuk saling memberi hadiah di akhir tahun.
Mereka berdua adalah sahabat saya ketika prajabatan dulu. Ini tujuannya tidak
lain untuk mempererat silaturrahim antara kami bertiga karena kami bertiga
tidak sekantor dan pastinya jarang bertemu. Dan jika masih ada umur, insya
Allah desember tahun ini kami akan tetap saling memberi hadiah.
Sedangkan hadiah berikutnya yang
saya terima adalah berupa ujian dari Allah Swt. Mungkin Allah hendak menguji
sampai dimana saya mampu berbesar hati dan ikhlas menerima semua yang telah
Allah takdirkan untuk saya. Bukankah Allah tidak akan menguji hamba-Nya
melainkan sesuai dengan kesanggupannya? dan insyaAllah, dengan izin-Nya, saya
akan sanggup menghadapi ujian-Nya.
Satu hal yang benar-benar saya
tanamkan dalam diri: Selalu perbaiki kualitas diri agar menjadi orang yang
lebih baik.
Jika ada orang yang tidak suka atau
benci pada kita, sadari saja, bahwa sebaik apapun perilaku kita, sehebat apapun
prestasi kita, tetap saja ada orang yang tidak suka pada kita. Itu sudah
sunnatullah. Jadi santai saja. Tidak usah peduli. Move on, sepanjang
yang kita lakukan itu tidak mengganggu orang lain ya biarkan saja. Lama-lama
mereka juga akan capek sendiri.
Begitu juga jika kita dizalimi.
Sakit hati, pasti. Tapi apa kita harus membalas sakit hati itu dengan balas
menyakiti? Itu tidak akan membuat kita jadi lebih baik, malah kita akan sama
saja dengan orang yang kita zalimi. Dan tambah dosa pula. Ketika dizalimi, istighfarlah,
tenangkan hati. Setelah hati tenang, baru kemudian ‘diperiksa’ lagi… kita salah
apa ya? Kok ada orang yang tega menzalimi kita. Jangan-jangan kita memang punya
salah sama orang itu dan tanpa kita sadari telah membuatnya sakit hati.
Kalau ternyata dari sekian banyak hal yang setelah kita coba hubungkan dengan
‘penzaliman’ kita, tak satupun kita temukan alasan kenapa kita dizalimi, say
Alhamdulillah…. Kebaikan orang yang telah menzalimi kita akan tertransfer
ke kita dan akan habis pahalanya. Jadi kita harus bersyukur jika dizalimi
karena kita beruntung mendapat transfer pahala… :)
Kita juga harus berhati-hati jangan
sampai menzalimi orang lain, meskipun hanya sekedar berprasangka itu sama saja
berbuat zalim terhadap orang lain tanpa sepengetahuan orang itu. Kadang-kadang
kita hanya ingin bercanda dan tidak bermaksud untuk menyakiti, tetapi ternyata
efeknya sungguh membuat orang lain tersakiti. Jadi jangan pernah menjadikan
hal-hal yang berpotensi menyakiti orang lain sebagai bahan candaan.
Setidaknya ada 3 hal yang ingin saya
bahas disini mengenai penzaliman. Wah, harusnya membahas soal hadiah, kan
sesuai judul. Kok malah membahas soal zalim-menzalimi? Tapi tak apalah, nanti
akan saya hubungkan dengan hadiah..hehehe.. (maksa banget yak!)
1. Ghibah
Dalam QS. Al-Hujurat ayat 12 Allah
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka
karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Ghibah (menggunjing) atau bergosip
atau memfitnah juga termasuk menzalimi orang lain. Orang yang digunjingkan itu
sama sekali tidak tahu kalau dia jadi bahan omongan, apalagi kalau yang
diomongkan yang jelek-jelek, itu kan fitnah namanya. Berprasangka saja dilarang
apalagi bergosip, apalagi sampai memfitnah.. naudzubillah!
Rasulullah juga menegaskan dalam
banyak haditsnya tentang larangan menggibah, salah satunya adalah hadits
berikut, "Wahai sekalian orang yang baru beriman di mulut saja,
yang keimanan itu belum masuk ke dalam relung hatinya, janganlah kalian
menggunjing kaum muslimin atau mencari-cari kejelekannya. Sesungguhnya
orang-orang yang mencari-cari kejelekan orang beriman maka Allah akan
mencari-cari kejelekannya. Barang siapa yang kejelekannya dicari-cari oleh
Allah, maka Allah akan mempermalukan dirinya di rumahnya." [Hadits shahih,
riwayat Abu Dawud (IV/270) dan Ahmad (IV/421, 424)].
2. Tidak
berlaku adil
Sama juga halnya ketika kita
melakukan sesuatu yang dianggap 'tidak sesuai' lalu kemudian tidak dimaklumi
kenapa kita melakukan hal itu, sementara orang lain bisa dimaklumi (padahal
seharusnya juga dianggap 'tidak sesuai') tentu ini tidak adil dan subyektif.
Dan ini termasuk penzaliman.
Rasulullah mengatakan dalam sebuah
haditsnya, “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa
ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.”
(HR. Tirmidzi No. 2528, Ibnu Majah No. 1752, Ibnu Hibban No. 2405 disahihkan
oleh Albani).
Ketika ada orang lain yang merasa
tidak adil dengan keputusan kita yang mungkin berat sebelah, dan dia merasa
terzalimi, maka doanya tidak akan ditolak oleh Allah. Jadi jangan sampai kita
menzalimi orang lain karena orang itu bisa saja mendoakan kita yang tidak baik.
Mendoakan musibah misalnya. Naudzubillahi min zalik!
3. Mempersulit urusan orang lain
“Barangsiapa yang mempermudah urusan
orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia
dan di akhirat.” (HR. Ibnu Majah).
Tidak ada manusia yang sempurna.
Tidak ada manusia yang luput dari khilaf dan salah. Jadilah pemaaf karena
memaafkan itu lebih mulia. Maafkan kesalahan orang lain jika dia tidak sengaja
melakukannya dan coba pahami mengapa dia melakukannya. Selalu ada alasan
dibalik setiap tindakan, bukan?!
Coba cermati hadits di atas.
Inginkah kita dipersulit oleh Allah setiap urusan yang kita lakukan? Jika
kesulitan itu masih di dunia, mungkin masih bisa kita bernapas lega. Tapi jika
Allah menyulitkan kita di akhirat kelak, bagaimana? Sanggupkah kita? Saya yakin
tak seorang pun yang sanggup!
Terkadang ada orang yang merasa
dengan superioritasnya dia bisa sewenang-wenang. Bahkan jika dia yang salah
pun, dia tidak mau jujur pada dirinya sendiri. Dia lebih suka mencari-cari
kesalahan orang lain tanpa meminta klarifikasi atau penjelasan apapun dari
orang lain itu terlebih dahulu. Dia sesuka hatinya menarik kesimpulan tentang
si ‘anu’, bahwa si ‘anu’ begini, si ‘anu’ begitu. Dan kesimpulannya… si ‘anu’
salah! Dan si ‘anu’ itu tidak pernah dimintai penjelasan kenapa terjadi hal
yang ‘salah’ itu.
Begitulah… sekali lagi tidak ada
manusia yang sempurna tanpa cela. Berusahalah memaklumi orang lain, maka orang
lain pun akan memaklumi kita. Berusahalah mengerti, berkata-kata yang baik agar
tidak menyakiti, dan bertindaklah dengan hati. Sebab Allah lebih tau apa-apa
saja yang kita kerjakan. Semua tidak akan luput dari perhitungan Allah… Wallahu
a’alamu bisshawaab…
Dan apapun yang saya rasakan saat ini, saya anggap ini
adalah hadiah awal tahun dari Allah yang patut saya syukuri, dan insyaAllah
bermanfaat untuk perbaikan diri saya diri agar menjadi lebih baik :)