Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) secara garis besar
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat, yang mencakup data
mengenai kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, fertilitas dan KB. Juga data
tentang perumahan yang mencakup bangunan sensus, sumber air minum, sumber
penerangan, bahan bakar untuk memasak, serta keterangan sosial ekonomi lainnya.
Pencacahannya dilaksanakan setiap triwulan. Untuk jelasnya mengenai Susenas ini, bisa
dilihat di http://bps.go.id atau http://bangkepkab.bps.go.id
Pertama-tama sebelum mencacah, dilakukan updating blok
sensus terlebih dahulu (range waktu updating serta pemilihan sampel rumah
tangga dengan pencacahan adalah 1 minggu). Kemudian setelah itu ditarik sampel
secara acak berdasarkan angka random. Jadi, kemungkinan ruta terpilih
bervariasi, ada yang tingat sosialnya menengah ke atas, ada juga yang menengah
ke bawah. Setelah didapatkan daftar ruta yang menjadi sampel, kemudian
dilakukan pencacahan ruta sampel.
Ada 2 kuesioner yang digunakan yaitu KOR dan Modul Konsumsi.
KOR berisi data tentang keterangan anggota ruta, kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, fertilitas dan KB, keterangan perumahan dan keterangan social
lainnya. Sedangkan Modul Konsumsi berisi tentang pengeluaran rumah tangga
seminggu yang lalu terhitung dari saat pencacahan. Konsumsi yang dimaksud
adalah konsumsi makanan dan non makanan. Karena begitu banyaknya variable dalam
modul konsumsi ini, biasanya pendataan untuk 1 ruta menghabiskan waktu minimal
2 jam. Itupun kalau anggota rutanya sedikit. Kalau anggota rutanya banyak,
biasanya pencacahan sampai 4 bahkan 5 jam di ruta tersebut. Lumayan melelahkan, bukan?! :D
Kendala yang umumnya dialami oleh semua KSK adalah sama,
yaitu ditolak oleh responden! Hehe… responden biasanya enggan untuk
diwawancarai, apalagi sampai menyita waktu mereka hingga berjam-jam. Tapi walaupun
mereka menolak, ada saja cara untuk ‘memaksa’ mereka agar mau didata. Misalnya
saja dengan meminta bantuan aparat desa agar menjelaskan betapa pentingnya
wawancara ini dan memediasi pertemuan KSK dengan responden tersebut. Terkadang
masalah bahasa juga menjadi kendala, khususnya di daerah pedesaan yang
terpencil. Beruntung di Kab. Bangkep ini ada beberapa orang KSK yang merupakan
putra daerah asli Bangkep, sehingga bisa berkomunikasi dengan baik dengan
responden.
Nah, output yang dihasilkan dari Susenas ini antara lain
data kemiskinan, data IHK/inflasi, dan data PDB/PDRB yang merupakan data
strategis BPS. Karena ini merupakan data strategis, maka pelaksanaan
pencacahannya di lapangan pun harus maksimal, tidak boleh ada data yang miss, terutama data pokok seperti umur
responden/anggota ruta dan pendidikan/ijazah terakhir yang dimiliki. Intinya,
semua data yang ada dalam kuesioner harus benar-benar valid karena data
tersebut akan digunakan oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan.
Saya baru 2 kali melaksanakan pencacahan Susenas, yang
pertama di desa Monsongan, yang kedua di desa Adean. Kedua desa tersebut berada
di Kec. Banggai Tengah. Insya Allah tanggal 21 besok mulai lagi updating
Susenas di desa Badumpayan Kec. Banggai Tengah.
Alhamdulillah 2 kali
pencacahan Susenas kemarin saya tidak mengalami kendala yang berarti.
Respondennya welcome semua.
Pernah sekali saya mencacah 1 ruta yang waktu
pencacahan respondennya tidak berada di
rumah karena sedang ke Luwuk untuk mengurus gaji pensiunnya. Berulang kali saya
datangi masih belum ada juga. Rumahnya kosong karena memang responden tersebut
tinggal sendiri. Akhirnya saya balik lagi ke Salakan setelah sebelumnya meminta
tolong ke tetangganya untuk menghubungi saya via telpon seluler jika nanti
responden tersebut sudah kembali. Beberapa hari saya tunggu akhirnya muncul
juga sms dari tetangganya yang mengabarkan kalau responden saya itu sudah
berada di rumahnya. Besok paginya saya langsung menuju ke Banggai. Hari itu
hujan turun sangat deras mulai pagi sampai siang. Tapi saya tetap harus
menyeberang pulau dan bertemu dengan responden tersebut. Dia menyambut baik
kedatangan saya dan pencacahan pun berjalan lancar. Sebenarnya saya agak
terganggu juga selama mencacah responden tersebut. Pasalnya, wawancara
berlangsung di dapur. Tidak masalah sih tempat wawancaranya dimana, di kebun
atau di pinggir jalan juga jadi. Tapi dapur responden saya ini lain daripada
lain. Penuh dengan kotoran ayam dari lantai, kursi hingga di atas meja yang
saya pakai menaruh dokumen! Bahkan
ayam-ayam itu berkeliaran dengan santainya di dapur tersebut. Saya sebenarnya
tidak nyaman dengan ‘aroma’ dan pemandangan di ruangan itu, tapi karena
respondennya welcome dan menjawab semua pertanyaan dengan baik, yah, saya
akhirnya harus bersabar dengan kondisi itu hingga pencacahan selesai. Setelah
selesai saya pun keluar dan langsung menghirup udara segar sepuas-puasnya! Hahaha…
benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan! Saya langsung menuju dermaga dan
kembali menyeberangi pulau meskipun hujan belum berhenti.
Salah satu blok yang menjadi sampel dan ruta yang dicacah