Kamis, 06 Maret 2014

Ternyata...

Seperti biasa setiap hari jumat, jam kerja pegawai dimulai dari pukul 7.00 pagi. Dan pagi ini, seperti biasanya juga, saya bersiap-siap hendak ke kantor. Pagi ini saya memakai baju batik karena tidak ada kegiatan senam. Biasanya jumat pagi pegawai BPS bermain volley ball. Karena tidak bisa bermain volley makanya hampir setiap jumat pagi beberapa pegawai terutama yang perempuan tidak menggunakan seragam olahraga termasuk saya.  Sesekali saya melirik jam dinding. Masih pukul 6.40. Saya sedikit bergegas. Rutinitas berlama-lama di depan cermin saya persingkat. Lotion juga saya sapukan seadanya. Kecuali jilbab yang agak lama prosesnya karena harus benar-benar diperhatikan setiap detailnya. Mulai dari kemiringannya, kedua sisinya yang harus simetris, hingga bagian atas kepala yang harus rapi tidak boleh ada kerutan. Selesai dengan urusan jilbab, saya lalu merapikan tas ransel yang selalu setia menemani saya ke kantor. Tas ransel itu adalah tas kegiatan ST2013 yang dibagikan saat pelatihan bulan April 2013 yang lalu. Warnanya hijau, warna favorit saya. Bermerek pula. Mereknya BPS :D

Setelah semua persiapan selesai, sekali lagi saya melirik jam dinding. 6.50. Itu artinya 10 menit lagi pukul 7. Agak terburu-buru saya memakai kaos kaki, kemudian bergegas meraih kunci motor dan kunci kamar kost yang tergantung di dinding. Tas ransel saya sampirkan di pundak. Selesai mengunci pintu, saya langsung memakai sepatu yang memang sengaja saya taruh di luar untuk mempercepat gerakan. Kamar kost saya berada di lantai 2. Aktivitas naik turun tangga sudah tidak terasa melelahkan lagi seperti awal-awal pertama kali kost disini. Bahkan sekarang saya menikmatinya, menganggapnya sebagai kegiatan olahraga.

Tiba di bawah, saya langsung menyalakan motor. Butuh sekitar 3 menit untuk memanaskannya terlebih dulu sebelum siap dikendarai. 3 menit kemudian, saya pun meluncur ke kantor.   


Kompleks perkantoran disini terletak di atas gunung.  Ada 2 jalan menuju kantor. Satu jalan yang dekat, yang satunya lagi jalan yang jauh memutar. Jalan yang dekat ini yang paling sering dilalui. Saya pun melewati jalan ini. Tiba di jalanan yang menanjak, terlihat di kejauhan lautan di sisi kiri jalan dengan pulau berbentuk lonjong di tengahnya. Terdapat jurang kecil dengan pohon-pohon yang membatasi jalan dengan rumah-rumah penduduk dibawahnya. Berbelok ke kanan,  terlihat lautan yang membentang luas di sisi kanan bawah dan hamparan rumah-rumah penduduk di ujung barat dayanya. Sebagian lautan itu seperti dipagari oleh pulau dikejauhan. Sungguh pemandangan yang menawan hati. Bagi orang yang baru pertama kali datang kesitu, pasti akan takjub melihat pemandangan tersebut.  Saya pun demikian. Lautan yang membentang itu selalu menjadi obyek foto saya.

Arsitektur kantor saya berbeda dengan kantor lainnya di kompleks perkantoran ini. Kantor saya ‘penampakan’nya khas bangunan kantor BPS lainnya di seluruh Indonesia. Berbentuk kubus, berwarna putih abu-abu. Minimalis. Kantor saya berada di sisi kiri jalan. Letaknya pun lebih tinggi daripada kantor lainnya yang berjejer di kiri kanan sehingga kantor ini pun jadi terlihat seperti villa. Dari teras depannya, mata leluasa memandang. Lautan biru yang terbentang luas, pulau yang hijau berbentuk lonjong di sebelah selatannya, pulau-pulau di kejauhan yang terlihat samar di sebelah baratnya dan rumah-rumah penduduk di sebelah barat daya, serta pepohonan hijau yang rimbun yang membatasi pegunungan dan perkampungan di bawahnya. Sungguh menakjubkan! Betapa hebat arsitek alam yang mendesainnya. Subhanallah!

Tidak lebih dari 5 menit –karena agak dibalap- saya tiba di kantor. Di depan pagar kantor lebih tepatnya. Saya sedikit terkejut dan heran karena pagar itu masih digembok. Ada apa gerangan? Kemana semua orang? Pada telatkah bangunnya? Ini sudah hampir pukul 7! Mestinya pagarnya sudah dibuka dari tadi dan pegawai yang lainnya pun sudah berdatangan. Saya yakinkan lagi bahwa hari ini hari jumat, bukan kamis, apalagi sabtu. Tapi sungguh saya tidak menemukan alasan mengapa teman-teman saya belum pada datang dan OB kantor juga belum membuka pagar. Hmmm… saya melihat sekeliling. Sepi. Saya tidak terlalu heran dengan pegawai kantor lainnya kalau jam segini belum datang. Jadi saya merasa biasa saja. Karena pagar masih digembok, saya pacu motor saya pelan-pelan sambil melihat kantor-kantor lain. Wah, ternyata kantor lain yang bersebelahan dengan kantor saya pagarnya masih digembok juga. Saya terus melaju pelan-pelan. Semakin terheran-heran saya melihat kantor-kantor yang saya lewati lengang. Tidak ada satupun pegawai. Tidak ada aktifitas. Bahkan jalanan sepi. Ada dua kendaraan bermotor dari arah berlawanan tetapi pengendaranya tidak memakai baju batik atau seragam olahraga. Ada apa sebenarnya dengan hari ini?

Setelah yakin bahwa memang tidak ada aktifitas kantor alias libur yang entah disebabkan oleh apa, saya pun cepat-cepat memacu motor saya, khawatir ada yang memperhatikan. Saya bisa malu nanti. Saat itulah baru saya teringat… jangan-jangan hari ini hari raya Imlek! Saya hubung-hubungkan dengan status BBM teman-teman semalam dan display picture mereka yang ada simbol-simbol Imlek berikut tulisan Gong Xi Fa Cai. Saya teringat juga 2 hari sebelumnya teman saya menanyakan via BBM rencana weekend di tiga hari libur. Waktu itu saya bilang kerja, turun lapangan yang memang saya rencanakan sore ini menyeberang pulau ke tempat tugas. Ternyata hari ini hari libur! Hadeewh..!  
    
Sesampainya di kost, saya bergegas naik sebelum ada yang menyadari kehadiran pegawai teladan ini. Masih belum yakin kalau hari ini Imlek, yang pertama kali saya lakukan setelah membuka pintu adalah melihat kalender. Ternyata benar, hari ini hari raya Imlek! Oh My God… :D

Pelajaran berharga hari ini:
  •  Jangan lupa melihat kalender. 
  •  Kalau ada yang tanya soal rencana weekend, segera cocokkan dengan kalender.
  •  Kalau ada status BBM maupun display picture teman-teman  yang mengindikasikan hari libur, segera periksa kalender.
:D

Senin, 17 Februari 2014

Sepatu Para Pencacah

Secara administrasi, Kecamatan Banggai Tengah masuk dalam wilayah Kabupaten Banggai Laut. Namun dalam direktori BPS, kode Kabupaten untuk Banggai Laut belum ada sehingga semua Kecamatannya masih tercatat dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan. 


Untuk ST2013, Kecamatan Banggai Tengah mendapat jatah 2 tim. Masing-masing tim terdiri dari 4 orang dengan wilayah kerja masing-masing tim 4 desa. Total desa di Banggai Tengah ada 8 desa yang terbagi atas 18 blok sensus. 18 BS ini dibagi 2 menjadi 9 blok sensus untuk masing-masing tim.


Jika dilihat dari kekompakan tim, tim 2 lebih kompak dibanding tim 1. Ini dikarenakan wilayah tugas tim 1 di desa-desa bagian atas dan jauh. Rumah para petugasnya pun berjauhan. Sedangkan tim 2, desa-desa wilayah tugasnya di bagian bawah, desanya sambung-menyambung dan terletak di poros jalan. Rumah para petugasnya pun berdekatan. Ini juga memudahkan Kortim mengumpulkan petugas di pagi hari untuk briefing sebelum mencacah.  


Para petugas tim 2 ini sangat bersemangat dan benar-benar menghayati pekerjaan mereka sebagai pencacah. Sebelum pukul 07.00 pagi mereka sudah berkumpul di rumah Kortim lengkap dengan atribut pencacah dan memakai sepatu pula. Saya pernah mengatakan pada mereka sebaiknya tidak usah memakai sepatu karena kondisi cuaca yang sering hujan dan jalanan yang becek, kasian sepatunya nanti kotor dan cepat rusak. Tapi mereka malah menjawab, “Kami menghargai pekerjaan bu, karena menjadi petugas BPS tidak mudah. Banyak yang ingin, tapi hanya kami yang terpilih. Kami bangga menjadi petugas BPS…” Saya tersenyum mendengar itu. Kata mereka lagi, bentuk penghargaan dan rasa bangga menjadi bagian dari BPS adalah dengan memakai sepatu ketika mencacah. Wah, saya terharu. Cepat-cepat saya memalingkan wajah ke arah lain karena tiba-tiba saja mata saya jadi berkaca-kaca… 


Selama masa pencacahan berlangsung yang hampir sebulan lamanya, selama itu pula petugas saya memakai sepatu setiap kali mencacah. Tidak lupa dengan atribut lengkap ST2013. Bahkan petugas MK dari Kabupaten yang melakukan monitoring di wilayah kerja tim 2 –ketika saya tanyakan mengenai petugas yang bersepatu, hanya untuk meyakinkan saja apa benar mereka memang bersepatu setiap kali mencacah- mengakui bahwa memang petugasnya bersepatu. Padahal ketika MK datang kesitu, hari sudah senja, menjelang magrib. Saya sendiri tidak tau kalau petugas MK akan turun hari itu di Kecamatan Banggai Tengah. Hari itu saya sedang sakit flu sehingga tidak sempat turun lapangan dan tidak sempat pula menginformasikan ke petugas tim 2 akan adanya tim MK. Alhamdulillah penilaian dari tim MK untuk petugas memuaskan. :)
 

Bukan hanya soal sepatu yang membuat saya salut dengan tim 2 ini. Soal kedisiplinan  juga. Saya pernah datang ke rumah Kortim pukul 7.00 pagi, berharap bisa menghadiri briefing mereka. Begitu sampai di rumah Kortim, tidak ada satupun petugas. Istri Kortim mengatakan baru saja mereka selesai briefing dan langsung menuju rumah responden yang sudah menjadi target masing-masing. Saya terlambat!


Seperti umumnya di pedesaan, masyarakat yang berkebun kerap menginap di kebun hingga berhari-hari. Jika sedang berada di kampung, maka mereka berangkat ke kebun pagi sekali. Pukul 07.00 pagi jangan harap masih bisa bertemu dengan mereka. Sekali pergi bisa berhari-hari di kebun karena kebunnya jauh dan tidak efisien untuk bolak-balik setiap harinya. Petugas tim 2, berdasarkan instruksi Kortim, sudah menunggu di depan pintu rumah responden jam 5 subuh, dengan maksud begitu respondennya membuka pintu untuk keluar rumah, langsung dicegat dan didata terlebih dahulu. Jika tidak begitu maka akan susah menemui responden tersebut. Bayangkan saja, jam 5 subuh! Tapi mereka tetap bersemangat... mereka sadar akan tanggung-jawab sebagai pencacah dan selalu mematuhi Kortim. 


Saking semangatnya, pencacah 3 mengunjungi rumah pencacah 1 untuk dimutakhirkan berhubung rumah pencacah 1 berada dalam blok sensus yang merupakan wilayah tugas pencacah 3. Sementara itu pencacah 1 sedang memutakhirkan blok sensus lain yang menjadi wilayah tugasnya sehingga ketika pencacah 3 mengunjungi rumahnya, pencacah tersebut hanya bertemu dengan istri pencacah 1. Istrinya lalu mengatakan kenapa tidak tanyakan langsung pada suaminya saja, kan tiap hari juga bertemu di rumah Kortim?… :D


Saya teringat ketika pertama kali saya membagikan uang transport. Uang transport tersebut diberikan dalam 2 tahap. Tahap 1 untuk 16 hari pertama dan tahap kedua untuk 16 hari berikutnya. Waktu itu saya mengumpulkan tim 1 dan tim 2 di rumah Kortim 2. Salah seorang petugas dari tim 2 langsung berkomentar setelah uang transportnya saya berikan, “Ini enaknya jadi mitra BPS, belum kerja sudah dibayar…” Disambung komentar petugas lain, “Dan tidak dipotong honornya…” Kamipun tertawa. Hmmm… Cuma BPS yang bisa begitu. 


Cuaca memang kurang bersahabat pada bulan Mei. Hampir setiap hari hujan. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat tim 2. Dengan semangat mereka berkata, “Cuaca tidak boleh dijadikan halangan bu, begitu yang disampaikan oleh ibu Kepala BPS waktu kita pembukaan pelatihan.” Saya agak terkejut mendengar itu. Tidak menyangka petugas ini masih ingat apa yang disampaikan oleh KBPS Bangkep waktu pembukaan pelatihan petugas. Saya sendiri tidak ikut hadir di TC yang dibuka oleh KBPS karena saya sedang bertugas sebagai MC di TC lain yang dibuka oleh Kabid IPDS Propinsi Sulteng. 


Jika mereka ditanya oleh responden: “Petugas dari mana?” Mereka tidak langsung menjawab, hanya memperlihatkan ID card dimana tertera nama mereka berikut nomor pencacah dan ada logo BPSnya. Wah, mereka benar-benar bangga bisa terlibat dalam kegiatan BPS. 


 Demikianlah sekilas mengenai dedikasi para pencacah ST2013 di Kecamatan Banggai Tengah, yang meskipun hari hujan tetap bersepatu serta rela menahan kantuk dan mencacah di subuh hari demi mendapatkan data dari responden. Walaupun mereka hanya mitra, tetapi loyalitas dan semangat bekerjanya tidak kalah dengan pegawai BPS.



Tulisan ini diikutkan dalam lomba menulis dalam rangka Hari Statistik Tahun 2013
Ditulis oleh Nurfiani Ampen, S.E., KSK Kec. Banggai Tengah

Senin, 06 Januari 2014

Resolusiku di Tahun 2014


Tahun sudah berganti. 2013 sudah terlewati dengan berbagai kenangan. Ada yang indah, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak menyenangkan. Yang patut disyukuri pada hari ini adalah Allah masih memberi kesempatan untuk menambah catatan amal baik kita.

Masih teringat desember 2012 yang lalu saya menuliskan beberapa keinginan yang ingin saya wujudkan di tahun 2013. Dan desember 2013 yang baru saja berlalu, saya menuliskan lagi beberapa keinginan yang saya sebut ‘resolusi’ untuk saya wujudkan di tahun 2014.

Kenapa resolusi? 

Ada banyak keinginan sebenarnya yang tidak terwujud di tahun 2013, dan tahun ini saya masukkan lagi ke dalam ‘target’ yang harus saya capai tahun ini. Oleh karena ada beberapa keinginan lama yang belum terealisasi dan ingin direalisasikan tahun ini makanya saya menyebutnya resolusi. Hmm.. mudah-mudahan saja bukan sekedar resolusi yang tak pernah dilaksanakan :)

Resolusi saya di tahun ini:

1.    Bisa hafal juz 30 dan 29 dalam Al-qur’an (selama ini juz 30 tidak pernah selesai dihafal)
2.    Tilawah 1 juz/hari (selama ini tilawah kurang dari 1 juz/hari, jadi tahun 2014 ingin ditingkatkan)
3.    Solat dhuha setiap hari (Alhamdulillah yang ini rutin, walaupun kadang tidak sempat karena sedang dalam perjalanan atau turun lapangan)
4.    Solat tahadjud setiap hari (yang ini sering terabaikan, diusahakan tahun ini bisa setiap hari)
5.    Shaum sunnah (ini juga tidak rutin. In sya Allah tahun ini ingin dirutinkan)
6.    Membaca buku setiap hari minimal 30 menit sehari (buku-buku yang tidak pernah habis dibaca bahkan yang masih bersampul plastik kian hari kian bertumpuk. Tidak ada lagi alasan tidak punya waktu membaca. Kalo tak punya waktu kenapa beli buku? Hehe.. Mulai sekarang harus meluangkan waktu)
7.    Menulis setiap hari (kalo yang ini penting sekali. Saya ingin menjadi penulis jadi sudah semestinya harus menulis setiap hari untuk membiasakan diri. Karena sesuatu kalo tidak dilatih tidak akan pernah bisa dikuasai. Tidak ada lagi alasan sibuk dan tidak punya waktu menulis, walaupun hanya 1 paragraf setiap hari.)
8.    Bisa berenang (berhubung saya tinggal di pulau dan kebanyakan kerjaan saya harus menyeberang pulau, jadi berenang itu wajib bisa. Buat jaga-jaga saja sih.. in sya Allah aman-aman saja diperjalanan. Sudah hampir 3 tahun disini masih belum juga bisa berenang. Hmm...)
9.    Nikah (OMG… dari tahun kemarin keinginannya ini juga..hehe.. in sya Allah tahun ini bisa terealisasi. Aamiin..)
10.  Bermanfaat bagi sesama (coz I want to be a good person. “Sebaik-baik manusia adalah yang bisa  bermanfaat bagi sesamanya” (Al-hadits))

Itulah resolusi saya tahun ini. Kalaupun nantinya tidak bisa terwujud 100%, minimal saya sudah melakukan perubahan besar dalam diri saya, yaitu melakukan yang sudah saya ikrarkan untuk dilakukan di tahun ini. Harapannya resolusi ini bisa saya laksanakan semua. Mudah-mudahan tidak banyak halangan dan godaan, terutama godaan tidur! Hehehe..

Semangat untuk resolusi!

Minggu, 05 Januari 2014

MDT, Timbunan dan Resolusi

 Sepekan yang lalu saya dan teman-teman liqo mendiskusikan tentang apa yang akan kami lakukan di tahun 2014 yang bisa menambah ghiroh  dan mempererat ukhuwah di antara kami. Tercetuslah ide untuk murajaah setiap sore. Hari itu juga selepas liqo, kami memulai hari pertama murajaah di pantai Salakan yang oleh penduduk setempat disebut Timbunan karena areal tersebut merupakan pantai yang ditimbun. Luasnya kurang lebih 1 hektar. Setiap sore banyak orang yang datang kesana. Sering sepulang kantor saya dan seorang teman kantor yang kebetulan akhwat juga ke timbunan, sekedar untuk menikmati sunset -yang walaupun tidak sempurna karena terhalang gunung di kejauhan namun tetap indah- sambil makan pisang goreng yang dibeli diperjalanan ke timbunan. Sunset dan awan senja hari selalu saja memukau. Wana-warninya membuat mata betah berlama-lama memandang. Sambil tak lupa memuji Allah Sang Kreator, Sang Pelukis Alam. Berbagai aktifitas sore hari terlihat di timbunan. Ada yang memancing ikan, ada juga yang hanya menikmati sore sambil bercengkerama dengan keluarga maupun teman-teman. 

Karena tempat yang kami pilih untuk murajaah hari pertama adalah di timbunan, tercetus lagi ide dari seorang akhwat untuk menamakan grup kami ini dengan ‘MDT’ yang merupakan singkatan Murajaah di Timbunan. Hahaha… nama grup yang lucu.

Alhamdulillah hari pertama murajaah berjalan lancar. Kami murajaah bersama Surah An-Naba. Kemudian satu persatu murajaah Surah tersebut sambil yang lainnya mencocokkan bacaan.

Hingga saat ini MDT Alhamdulillah masih solid, masih rajin ke timbunan saban sore. Tetapi tentu saja tempat untuk murajaah tidak hanya di timbunan, dimana saja boleh. Dan jika jenuh murajaah terus, bisa diganti dengan tilawah. Menyadari hal ini, kepanjangan MDT pun direvisi menjadi Murajaah dan Tilawah :D

Seiring berlalunya tahun 2013, komunitas MDT membuat resolusi untuk tahun 2014. Masing-masing mengikrarkan resolusinya dan diamini oleh yang lain. Kamipun janjian untuk bertemu di timbunan. 

Tanggal 01 Januari 2014 pukul 8 pm, ba’da isya, kami berkumpul di timbunan untuk menyatakan ikrar kami di tahun 2014. Agar lebih afdol, ikrar tersebut kami rekam. Satu-persatu membacakan ikrarnya kemudian yang lain mengamini. Bergiliran hingga selesai. Beberapa kali terjadi pengulangan karena awal-awalnya agak lucu, jadi baca ikrarnya sambil menahan tawa. Ada juga yang lupa ikrarnya jadi diulangi lagi. Sampai akhirnya rekamannya bagus. Hmm… kayak mau rekaman di studio saja pake diulang-ulang :D

Resolusi… boleh jadi adalah sesuatu yang sangat diinginkan untuk direalisasikan. Sebuah perubahan, gebrakan, semangat baru untuk mewujudkan apa yang tidak sempat terwujud di tahun sebelumnya. Saya dan teman-teman di komunitas MDT berharap resolusi kami dapat tercapai. Ada beberapa resolusi yang sama-sama ingin kami lakukan, yaitu: Menghapal 2 juz (juz 30 dan 29), tilawah setiap hari minimal 1 juz, tahadjud dan dhuha setiap hari, shaum sunnah rutin. Tidak muluk-muluk sebetulnya, standar saja karena bukan merupakan hal baru. Ini biasa kami lakukan hanya saja sebelum-sebelumnya tidak rutin. Di tahun 2014 ini kami ingin merutinkan hal-hal tersebut. In sya Allah kami bisa.

Ada 1 lagi yang sama yaitu…. Nikah! Ternyata semua pengen nikah tahun ini…hehehe.

Semoga semua resolusi yang sudah kami ikrarkan di timbunan, di ijabah oleh Allah SWT dan dimudahkan utk mewujudkannya. Aamiin…