Edisi
tulisan kali ini mungkin agak baper, tersebab sedang terjadi sesuatu yang menggiris hati. Kadang-kadang inspirasi
menulis datangnya justru disaat-saat begini..hehe...
Bingung
juga tulisan kali ini mau dikasih judul apa.. tapi intinya ini tentang perasaan
orang yang dikepo, padahal si pengkepo tidak tau pasti masalah orang
tersebut...
Di
dunia ini tidak ada orang yang tidak punya masalah. Selagi orang itu masih
bernyawa pasti ada saja masalah yang pernah dia hadapi. Entah itu masalah finansial,
masalah dengan orangtua, masalah dengan teman-teman, masalah relationship,
masalah rumahtangga, dan masalah-masalah lainnya. Selagi masih hidup dan sudah
mengerti arti hidup selama itulah masalah akan selalu ada. Tentunya anak bayi
belum mengerti arti hidup, ini pengecualian.
Sudah
tau manusia itu pasti pernah menghadapi masalah, herannya kok ada saja orang
yang kepo dengan masalah orang lain, alih-alih memikirkan masalahnya sendiri. Parahnya lagi, langsung menjudge seseorang
bersalah padahal dia sendiri tidak tau pasti hanya mendengar apa kata orang.
Contohnya ketika menonton acara infotainment
d tivi. Si selebriti disoroti masalahnya oleh media. Media tersebut mendapatkan
informasi hanya dari satu pihak tanpa mengonfirmasi ke pihak lainnya. Atau bisa
saja ketika dimintai keterangan mengenai masalah yang sedang dihadapinya si
seleb menghindar tidak mau menanggapi. Kemudian media tersebut menyimpulkan sesuka
hatinya tanpa dasar yang jelas, agar beritanya laku saja atau agar rating
acaranya naik. Maka dibikinlah berita yang seheboh-hebohnya dan kemudian diamini
dan dipercaya oleh para pemirsa acara tersebut. Padahal belum tentu seperti itu
kenyataannya. Kita kan tidak tau pasti apa sebenarnya yang sedang terjadi. Kita
kan tidak tinggal serumah dengan si seleb, tidak bersamanya 24 jam sehari. So,
atas dasar apa kita merasa lebih tau masalah yang sedang dia hadapi? Atas dasar
apa pula kita men-judge seseorang padahal kita tidak bersamanya setiap waktu?
Bahkan kenal pun tidak! Egois dan sangat tidak adil kita bila berlaku seperti
itu. Tapi itulah realita...
Kita
tidak mungkin bisa mengontrol pikiran orang lain apalagi melarang orang untuk
berkomentar. Itu adalah hak asasi. Walaupun komentar-komentar tersebut negatif,
berat sebelah, bahkan menyudutkan kita. Sampai-sampai terjadi pembunuhan
karakter. Benarlah quote yang mengatakan, “fitnah lebih kejam daripada
perbuatan.” Karena sekali seseorang difitnah, akan sangat berdampak pada
kehidupan sosialnya. Orang-orang tidak akan percaya lagi pada ucapan maupun
perbuatannya, karena sudah termakan fitnah orang lain.
Setiap
masalah yang kita hadapi sejatinya adalah ujian dari Allah subhanaahu wa ta’aala.
Bila berat terasa, mungkin iman kita sedang stagnan. Perlu di cas lagi. Sebab ketakwaan
seseorang berbanding lurus dengan ujian yang menimpanya. Dan bila ada yang
mengkepo, mengghibah, maupun memfitnah kita, itu juga ujian untuk kita, sejauh
mana kita bisa bersabar dan tawakkal serta menyerahkan urusan hanya kepada
Allah saja. Karena hanya Allah yang tau keadaan diri kita lebih dari diri kita
sendiri, apalagi orang lain.
Lalu
bagaimana menyikapi ghibah dan fitnah yang mendera kita? Jika ternyata ghibah
atau fitnah itu sudah tersebar luas, rasanya mustahil untuk mengonfirmasi ke
semua orang mengenai kenyataan yang sebenarnya. Lagipula itu akan menambah
masalah baru dan membuka aib. Orang-orang akan tau apa sesungguhnya yang
terjadi dan mulai membuat ghibah baru. Jadi solusinya...doakan saja kebaikan
untuk orang-orang yang telah menyebarluaskan ghibah dan fitnah tentang kita.
Semoga mereka diberi hidayah dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah subhaanahu wa
ta’aala. Lalu kita dapat apa? Bukankah nama baik kita sudah tercemar? Tenang
saja, kita akan mendapatkan lebih banyak kebaikan, karena kebaikan (pahala)
orang-orang itu pindah ke kita, sementara keburukan (dosa-dosa) kita pindah ke
mereka. Mungkin di dunia ini mereka menang, tapi di akhirat nanti kita yang
menang sedang mereka tidak mendapatkan apa-apa. Fair kan?
Gimana
kalo kita yang pernah mengghibah atau memfitnah orang lain? Mungkin pernah
dengan sengaja ataupun tidak sengaja kita melakukan itu. Segeralah bertobat,
mohon ampun kepada Allah. Jangan sampai kebaikan (pahala) yang sudah kita
kumpulkan hilang tak bersisa karena pindah ke orang lain yang pernah kita ghibahi.
Di akhirat kelak kita tidak akan mendapat apa-apa. Rugi sekali bukan?
So,
mulai dari sekarang sadari saja bahwa hanya Allah yang paling tau tentang diri
pribadi hamba-hambaNya. Biarkan itu jadi urusan Allah saja. Masih banyak hal
positif yang bisa kita lakukan daripada mencari-cari cela orang lain kemudian
kita ghibahi bahkan sampai memfitnah. Semua kita punya masalah masing-masing.
Fokus saja selesaikan masalah sendiri. Mungkin dengan begitu kita akan
menemukan solusi untuk masalah kita.
Sadari pula bahwa orang lain juga punya hati. Bagaimana kira-kira perasaannya
bila difitnah, begitu juga yang akan kita rasakan jika kita yang mengalami.
Ingat, transfer kebaikan dan keburukan itu akan sangat merugikan kita di
akhirat nanti. So, be aware! :)